Tema lokakarya keenam berfokus pada penggunaan AI untuk pemantauan keanekaragaman hayati. Mengetahui bahwa para peserta Sekolah Lapangan memiliki pendapat dan perspektif yang berbeda mengenai penggunaan jenis teknologi pemantauan ini, para peserta diminta untuk mendiskusikan empat pernyataan yang berbeda dan mendokumentasikan diskusi mereka.
Lembar kerja yang dicetak mencakup tiga contoh teknologi AI yang berbeda yang muncul selama penelitian lapangan sebelumnya di Ecovillage dan termasuk penggunaan drone untuk secara otomatis mendeteksi spesies bunga, penggunaan kotak sarang dengan teknologi pengenalan burung otomatis, dan manajemen koloni lebah melalui berat badan, suhu,
sensor
akustik, dan algoritme
otomatisasi
.
Ketika ditanya apakah otomatisasi atau AI merupakan masa depan pemantauan keanekaragaman hayati, para peserta melaporkan adanya perbedaan pendapat. Mereka setuju bahwa penting untuk menyadari kerugian dari penggunaan teknologi ini dan mempertimbangkannya dengan keuntungan yang mungkin didapat. Mereka menekankan pentingnya mengajukan pertanyaan seperti 'mengapa kita menggunakan teknologi ini? Apa yang ditunjukkan oleh data? Dan mengapa hal ini dapat bermakna bagi kita?
Menanggapi pernyataan 'lebih banyak data keanekaragaman hayati = lebih banyak keanekaragaman hayati', para peserta menyatakan bahwa 'lebih banyak data tentang permen tidak sama dengan lebih banyak permen'.
Apakah menciptakan data yang lebih dapat dipercaya merupakan tantangan terbesar dalam pengembangan sistem otomasi untuk memantau keanekaragaman hayati? Untuk pertanyaan ini, para peserta terlibat dalam diskusi yang lebih panjang dan mencatat bahwa lebih penting untuk tetap menyadari niat di balik pembuatan sistem ini dan untuk menghindari kehilangan jejak tujuan mereka.
Terakhir, pertanyaan mengenai apakah teknik-teknik tersebut dapat membantu Ecovillage secara lokal untuk meningkatkan keanekaragaman hayati mereka, para peserta setuju bahwa hal tersebut dapat membantu data yang dapat membuktikan manfaat inisiatif keanekaragaman hayati kepada dunia 'luar' dan dapat membantu masyarakat untuk berpikir 'di luar sudut pandang manusia'. Mereka tidak setuju bahwa sistem seperti itu berpotensi menghilangkan
interaksi
dengan lingkungan.
Sama halnya dengan tema lokakarya 5, tema ini kurang diminati dibandingkan dengan tema lokakarya 1-4. Ketika ditanya lebih lanjut mengapa hal ini bisa terjadi, para peserta tampaknya lebih memilih untuk terlibat dalam pertanyaan-pertanyaan yang lebih besar seputar restorasi keanekaragaman hayati lokal dan tidak terlalu fokus pada teknologi digital yang dapat mendukung atau menghambat upaya-upaya ini. Anggota masyarakat juga melaporkan kurangnya pengetahuan mereka tentang sistem-sistem ini yang dapat mempengaruhi minat mereka untuk membahasnya lebih lanjut. Dengan demikian, tema lokakarya yang berbeda ini menunjukkan bagaimana cara yang berbeda dalam mendiskusikan teknologi digital, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mengungkap lebih banyak detail tentang kesediaan masyarakat untuk terlibat dengan teknologi tersebut.